Ijinkan aku berbicara

 Yeah, saat saya menulis judul "ijinkan aku berbicara" seakan banyak sekali kata-kata bersliweran dibenak saya. Bahasan kami pada jumat lalu seakan membekas dalam benak saya, kata kata yang sangat sering diucapkan "anak adalah pribadi yang utuh". Kata-kata sederhana yang mampu mematahkan pemahaman saya selama ini.

Yah, memang benar, anak adalah pribadi yang utuh. Dia ada sudah sebagaimana adanya, tanpa kita bentuk, tanpa kita beri ornamen, tanpa kita olah/kita kreasikan. Dia ada, dan dia utuh. 

Dalam bahan CM kali ini diceritakan bahwa ada seorang yang tinggal bersama sebuah keluarga, orang tersebut saya namai dia man. Man sangat terkejut saat berada dilingkungan keluarga dengan anak setengah India, anak-anak tersebut sangat terbuka akan perasaannya, bisa mengeluarkan/ mengekspresikan apa yang ada pada dirinya. Ini tentu sangat berbeda jika anak-anak tersebut di rumah. Anak mempunyai rasa kepekaan yang tinggi tethadap lingkungan. Mereka (anak-anak) dapat menunjukkan rasa bahagia mereka,kesedihan mereka,sakit hati mereka. Dan mengapa mereka bisa? Dan kita sebagai seorang yang lebih dewasa tidak bisa? 

Itulah yang muncul didalam benak saya, anak-anak lebih mampu menerima lingkungannya, sebaik seburuk apapun lingkungannya, mereka lebih cepat dalam beadaptasi, sedangkan kita, kita dengan segala perhitungan sistematis, pertimbangan sana sini, infomasi yang kita dapat membuat kita tidaklah sebebas mereka. 

Yang lucu dalam bacaan CM ini, anak-anak yang telah saya sebutkan tadi, kurang dalam pelajaran berbahasa. Mereka sangat lemah dalam pelajaran bahasa. Kembali lagi benak saya bertanya, kok bisa? Saat saya mengingat kembali akan bahasan-bahasan CM lainnya, saya teringat, bahwa akal budi anak,itu akan mencari/haus akan pengetahuan. Oh, ini akan sangat berbeda sekali dengan kita, karena kita terllau banyak menyerap informasi (informasi baik ataupun buruk). Benar, anak akan menunjukkan bahwa mereka butuh/tidak akan asupan akal budi tersebut. Jadi,kalau belum waktunya akal budi mereka lapar akan pengetahuan tersebut, ya mereka tidak akan makan pengetahuan itu. 

Seperti halnya perut mengirimkan sinyal lapar untuk mendapatkan makanan, seerti itu juga akal budi yang menginginkan asupan, dan membahayakan saat asupan ituntidak pas, terlalu lembek,terlalu keras atau terlalu bervariatif sehingga menumpulkan rasa lapar itu sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jumatan, 9 dan 16 oktober 2020

Saat kau tanya...aku berusaha menjawab

Ulasan buku