Pengenalan Pribadi anak melalui akal Budi

 CM vol 6 : 238

Yeh berbicara tentang pendidikan memang tidak akan seperti halnya kita berbicara tentang memasak. Selama ada menu, bahan-bahan yang dibutuhkan, peralatan memasak dan instruksi memasak, maka masak-permasakan akan berlangsung dengan baik. tetapi bagaimana dengan pendidikan? apakah dengan adanya guru, murid, ruangan, bahan ajar dan instruksi pengajaran yang dijalankan akan dapat langsung mensukseskan keberlangsungkannya pendidikan itu sendiri? oh rupanya semakin saya mendalami/ membaca tentang ulasan CM ini, betapa saya dan kita pada umumnya sudah terjebak oleh putaran kebimbangan yang menyesatkan yang lebih paahnya kita percayai dan kita legalkan. 

Beberapa hal yang dikupas oleh CM : " Sebagai guru, kita selama ini meremehkan diri kita sendiri dan peran kita sebagai guru. Kita tidak menyadari bahwa dalam kodrat perannya seorang guru punya peluang menjadi jurubicara Sang Ilahi untuk mendidik dan menggugah. Kita tidak sadar bahwa tugas guru bukanlah rutinitas menjenuhkan menyuapkan bubur ke benak anak, melaikan tukar-menukar ide yang menggairahkan antara benak-benak yang setara, dan perannya di situ adalah sebagai pemandu, filsuf, dan teman" sebuah tabokan bagi saya pribadi saaat membaca awal pembahasan ini, oh rupanya kita sedikit melenceng ari tugas kita sebagai "guru", kita terlalu banyak mengambil kendali atas pendidikan anak kita sehingga kita kewalahan dan menyebabkan anak tidak cukup bertumbuh. 

Kesan kita meremehkan anak, menganggap anak tidak mampu mencerna, perlu kita bantu, perlu kita jembatani membuat kita mengkerdilkan anak kita sendiri. jauh berbeda dengan pandangan CM : " Kalau kita menganggap anak-anak itu makhluk yang tak utuh dan belum berkembang yang baru suatu hari nanti akan menjadi manusia utuh – dan bukannya memandang mereka sebagai pribadi utuh yang masih lemah dan belum banyak tahu, tapi sebetulnya punya potensi-potensi yang sama dahsyatnya seperti kita sendiri sebagai orang dewasa, dan karena itu justru harus kita bantu untuk menjadi lebih tahu dan lebih kuat – tak bisa tidak, kita pasti akan merendahkan anak-anak, seberapa manis dan lemah lembut pun cara kita merendahkan ". yes tabokan kedua yang cukup perih bagi diri kita. 

Dalam pembahasan ini, saya secara pribadi diingatkan untuk memandang anak sebagai seorang pribadi yang utuh, lengkap dengan sifat, rasa keingintahuannya yang dititipkan oleh Sang Pencipta kepada saya untuk saya kembangkan sesuai dengan diri anak saya. seperti ungkapan dalam bab ini "sebab setiap pribadi manusia adalah misteri, artinya, kita tidak bisa habis menjelaskannya atau menjabarkannya, tapi harus menerima dia apa adanya. Kedahsyatan pribadi manusia ini tidak berhenti, tidak  menghilang. anak akan terus bertumbuh, kita harus mendorongnya dengan memberikan makanan yang sehat dalam akal budinya, supaya akal budinya semakin berkembang dan tumbuh dengan sempurna.  Begitu dihadapkan pada ajaibnya akal budi seorang anak, kita mulai melihat betapa pengetahuan adalah nutrisi bagi akal budinya, sama seperti makanan bagi tubuhnya. dan dalam penutup ungkapan CM dalam bab ini mengenai "bahwa tidak ada ajaran, tidak ada informasi, yang akan menjadi pengetahuan bagi siapa pun sampai akal budi individual orang itu telah menggarapnya, mengartikannya, mentransformasinya, menyerapnya, untuk kemudian pengetahuan itu muncul kembali – seperti juga makanan jasmani kita – dalam aneka bentuk daya hidup. Oleh karena itu, pengajaran, ceramah panjang lebar, seberapa pun brilian atau menawannya, tidak akan berdampak apa-apa sampai kegiatan mental internal pendengarnya dibangunkan; dengan kata lain, pendidikan mandiri (self-education) adalah satu-satunya pendidikan yang mungkin terjadi; segala macam kesibukan guru lainnya hanya seperti ornamen luar yang ditempelkan di permukaan pribadi anak. Cukup keras pembahasan Cm dalam Bab ini, selalu senantiasa mengingatkan kepada kita untuk selalu memberi asupan akal budi dengan makanan yang sehat. akal budi yang sehat menghasilkan jiwa yang sehat, jiwa yang sehat menghasilkan perilakub yang sehat. selama akl budi tidak kita berikan asupan gizi yang baik, maka akal budi akan selamnya lapar, dan akan memakan segala makanan yang ada dan bisa jadi makanan yang basi, tidak bergizi ataupun makanan ringan yang tidak mengenyangkan yang pada akhirnya membuat akal budi itu lemah dan mati. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jumatan, 9 dan 16 oktober 2020

Saat kau tanya...aku berusaha menjawab

Ulasan buku